Langsung ke konten utama

Wisata Sejarah: Berkunjung ke Museum Timah Indonesia

Bangunan museum berusia ratusan tahun

Berulangkali lewat di depan Museum Timah tidak sekalipun terlintas niatan untuk mengunjunginya. Datang ke museum gak ada keren-kerennya sama sekali. Itulah yang saya pikirkan tentang museum, dulu. Semuanya berubah ketika punya anak. Kehadiran little s mengubah sudut pandang saya tentang sebuah kesenangan, bahwa bersenang-senang dapat dilakukan dimana saja, bersenang-senang tidak harus mahal dan ke luar kota. Alam dan lingkungan sekitar dapat menjadi sumber belajar bagi saya dan little s.

Sehabis hujan, berbekal roti dan air mineral, kami mengunjungi Museum Timah. Banyak kejutan yang saya dapatkan ketika datang ke sini. Museum yang awalnya saya kira hanya menyimpan sejarah tentang pertimahan, ternyata menyimpan dan turut menjadi tempat saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Museum Timah ini awalnya merupakan rumah dinas BTW (Bangka Tin Winning), yang kemudian dijadikan tempat perundingan antara Pemerintah Republik Indonesia, Utusan KTN, dan utusan dari Pemerintah Hindia Belanda. Dari perundingan inilah akhirnya disepakati akan diadakan perundingan Roem-Royen.

Selain itu, prasasti kota kapur yang semula hanya saya lihat dari buku sejarah, juga tersimpan di sini. Prasasti yang berisikan kutukan bagi pemberontak dan keluarganya terhadap kerajaan Sriwijaya. Hmmm...cara yang ampuh untuk membuat rakyat patuh ;).

Enaknya jalan-jalan ke museum ini selain lokasinya yang berada di pusat kota juga karena gratis, pas banget kan buat ibu-ibu seperti saya.

Di halaman menghadap ke pintu masuk, dipajang lokomotif kuno yang dulunya digunakan untuk penambangan timah masa penjajahan kolonial.

little s di depan lokomotif tua
Dan memori kembali ke masa sekolah dulu, karena di halaman samping terparkir oto pownis. Ini angkutan rakyat masa-masa sekolah dulu. Jalannya lelet tapi ongkosnya murah, makanya jadi primadona. PT Timah selaku pengelola museum melalui  CSR-nya membuat program City Tour. Jadi ini acara keliling kota mengunjungi tempat sejarah di Pangkalpinang naik Oto Pownis. Tapi saya gak sempat tanya sama mbak petugasnya caranya gimana.


ikut City on Tour yuk shanum

Begitu memasuki gedung museum, disisi kanan pintu masuk, kita akan disambut mbak-mbak petugas museum yang meminta untuk mengisi buku kunjungan.  Ya jadi syarat masuknya cuma gitu aja, isi buku kunjungan. Di sisi kirinya barulah terpajang prasasti Kota Kapur. 


prasasti Kota Kapur, bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya
Setelah puas melihat foto-foto diruangan pertama, melangkah ke ruangan sebelahnya ditampilkan alat-alat penggalian timah yang digunakan dari awal penemuan Timah sampai sekarang. Dari info yang tertera di sana sepertinya penggalian timah di Bangka sudah dimulai sejak abad ke 1 (George Coedes). Wah wah ternyata sudah ribuan tahun, luar biasa ya bagaimana Allah menganugrahi manusia dengan kekayaan alam.


alat penggalian timah zaman dulu



kapal isap timah di lautan

Orang-orang Indonesia umumnya memang tidak familiar dengan wisata museum, makanya saat kami ke sini, pengunjungnya hanya saya dan little s beserta beberapa anak sekolah yang sepertinya sedang mendapat tugas dari sekolahnya. Mereka mencari informasi melalui film yang ditampilkan TV yang seruangan dengan diorama penggalian timah jaman kumpeni.


Diorama penggalian timah jaman kolonial

Sebenarnya banyak informasi yang bisa kita dapatkan, tapi saya masih rempong pegangin little s. Ngeri aja nanti ada benda yang terjatuh atau kaca pecah karena little s. Ruangannya emang agak sempit, jadi anak-anak seumuran little s pasti bosen.

Little s berulah, mungkin si baby bosen ruang geraknya terbatas. Jadinya kami hanya sampai diruangan ini, jadi saya tidak tau apa lagi yang terpajang diruang lainnya.

Keluar dari museum, barulah little s senang lagi, maklumlah dia bisa bebas lari-larian dan naik turun tangga ke tempat lokomotif terpajang. setelah capek mengejar little s kami duduk santai dibawah pohon menikmati bekal roti yang kami bawa dari rumah.

lapar setelah lelah mengeksplorasi

Suasana teduh dengan hamparan taman dan semilir angin membuat betah duduk berlama-lama disini. Sayangnya karena perginya jam 11an dan bentar lagi waktu tidur siang little s, maka dengan sedikit penolakan akhirnya little mau juga dibawa pulang.

Entah little s mengerti atau tidak, saya sih intinya mengenalkan litlle s ke berbagai destinasi wisata. Melakukan aktivitas dan membawanya jalan-jalan kecil seperti ini, saya yakin memberikannya pengalaman berharga. Dan jika little s sudah agak lebih besar akan saya ajak lagi kesini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menginap di Royal Orchids Hotel & Condominium Batu

Selama liburan di Batu dan Malang, 2 - 7 Januari 2017 kami menginap di 4 hotel berbeda. Bagi saya, memilih hotel merupakan satu hal yang cukup menyita waktu, karena jangan sampai setelah membayar ternyata hotel yang dipesan tidak sesuai harapan. Makanya kalau baru pertama kali pergi ke satu tempat, saya lebih suka gonta-ganti hotel untuk merasakan sendiri pengalaman menginap di hotel tersebut sehingga ke depannya kita punya referensi. View from lobby Dari hasil searching di blog dan baca review di Tripadvisor, saya memutuskan di Batu menginap di Royal Orchids Garden & Condominium dan The Singhasari Resort  sedangkan untuk di Malangnya kami stay di  Harris Hotel & Convention  dan  Ibis Styles Malang . Semuanya saya pesan lewat traveloka dot com. Hari pertama setelah lelah perjalanan dari Pangkalpinang, kami tiba di Royal Orchids jam 2 pm. Awalnya ragu booking hotel ini, karena di traveloka kamar yang masih tersedia kamar superior non ...

Finnaly......... Alhamdulillah (Part 1)

Allahuakbar....Allahuakbar.......Allahuakbar segala puji bagi-Mu Ya Allah tiada rencana yang seindah rencana-Mu. Dari awal menikah saya dengan suami sudah berkomitmen ingin membangun keluarga bahagia dengan atau tanpa hadirnya seorang anak, jadi kami enjoy menikmati hidup. Setelah 2 tahun 8 bulan kami hidup berdua akhirnya Allah mempercayakan kami untuk menjadi calon orangtua, Alhamdulillah. Sebenarnya kejadian ini sungguh diluar dugaan, dan ceritanya berawal dari acara mudik lebaran. Tanggal 26 juli 2014 kemarin saya mudik lebaran ke rumah mertua di Tanjung enim, sumsel. dari awal sudah kita rencanain dirumah mertua hanya sampai lebaran ke 2 tanggal 28 juli,  tanggal 29 Juli pagi sekitar jam 10 pagi kita berangkat ke palembang. Setelah menempuh +/- 4 jam naik travel akhirnya jam 2an kita sampai palembang dan langsung cek-in di hotel arista yang sudah kita booking lama sebelumnya. Nah saatnya honeymoon lagi dan semuanya berawal di sini. Hi....hiiii namanya aja hanimun ya pa...